Kalian tau foklor???
ini ni pengertian foklor menurut wikipedia, Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya.
nah,, ambil intinya sendiri deh..... hihihi..
Ini ada contoh foklor dari daerah jepara
Tulisan ini bersumber dari teman kuliah saya yang asli putri jepara...
monggo dibaca,,,, =D
Kerajinan Ukir Jepara
Satu citra yang telah begitu
melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai “Kota Ukir”. Ukir kayu telah
menjadi idiom kota kelahiran Raden Ajeng Kartini ini, dan bahkan belum ada kota
lain yang layak disebut sepadan dengan Jepara untuk industri kerajinan meubel ukir.
Namun untuk sampia pada kondisi seperti ini, Jepara telah menapak perjalana
yang sangat panjang. Sejak jaman kejayaan Negara-negara Hindu di Jawa Tengah,
Jepara Telah dikenal sebagai pelabuhan utara pantai Jawa yang juga berfungsi
pintu gerbang komunikasi antara kerajaan Jawa denga Cina dan India .
Demikian juga pada saat kerajan
Islam pertama di Demak, Jepara telah dijadikan sebagai pelabuhan Utara
disamping sebagai pusat perdagangan dan pangkalan armada perang. Dalam masa
penyebaran agama Islam oleh para Wali, Jepara juga dijadikan daerah “
pengabdian” Sunan Kalijaga yang mengembangkan berbagai macam seni termasuk seni
ukir.
Factor lain yang melatar
belakangi perkembangan ukir kayu di Jepara adalah para pendatang dari negeri
Cina yang kemudian menetap. Dalam catatan sejarah perkembangan ukir kayu juga
tak dapat dilepaskan dari peranan Ratu Kalinyamat . Pada masa pemerintahannya
ia memiliki seorang patih yang bernama “Sungging Badarduwung” yang berasal dari
Negeri Campa Patih ini ternyata seorang ahli pahat yang dengan sukarela
mengajarkan keterampilannya kepada masyarakat disekitarnya Satu bukti
yang masih dapat dilihat dari seni ukir masa pemerintahan Ratu Kalinyamat ini
adalah adanya ornament ukir batu di Masjid Mantingan.
Disamping itu , peranan Raden
Ajeng Kartini dalam pengembangkan seni ukir juga sangat besar. Raden Ajeng
Kartini yang melihat kehidupan para pengrajin tak juga beranjak dari
kemiskinan, batinnya terusik, sehingga ia bertekat mengangkat derajat para
pengrajin. Ia memanggil beberapa pengrajin dari Belakang Gunung (kini salah
satu padukuhan Desa mulyoharjo) di bawah pimpinan Singowiryo, untuk
bersama-sama membuat ukiran di belakang Kabupaten. Oleh Raden Ajeng Kartini,
mereka diminta untuk membuat berbagai macam jenis ukiran, seperti peti jahitan,
meja keci, pigura, tempat rokok, tempat perhiasan, dan lain-lain barang
souvenir. Barang-barang ini kemudian di jual Raden Ajeng Kartini ke Semarang
dan Batavia (sekarang Jakarta ), sehingga akhirnya diketahui bahwa masyarakat
Jepara pandai mengukir.
Setelah banyak pesanan yang
datang, hasil produksi para pengrajin Jepara bertambah jenis kursi pengantin,
alat panahan angin, tempat tidur pengantin dan penyekat ruangan serta berbagai
jenis kursi tamu dan kursi makan. Raden Ajeng Kartini juga mulai memperkenalkan
seni ukir Jepara keluar negeri. Caranya, Raden Ajeng kartini memberikan
souvenir kepada sahabatnya di luar negeri. Akibatnya ukir terus berkembang dan
pesanan terus berdatangan. Seluruh penjualan barang, setelah dikurangi dengan
biaya produksi dan ongkos kirim, uangnya diserahkan secara utuh kepada para
pengrajin.
Untuk menunjang perkembangan
ukir Jepara yang telah dirintis oleh Raden Ajeng Kartini, pada tahun 1929
timbul gagasan dari beberapa orang pribumi untuk mendirikan sekolah kejuruan.
Tepat pada tanggal 1 Juli 1929, sekolah pertukangan dengan jurusan meubel dan
ukir dibuka dengan nama “Openbare Ambachtsschool” yang kemudian berkembang
menjadi Sekolah Teknik Negeri dan Kemudian menjadi Sekolah Menengah Industri
Kerajinan Negeri.
Dengan adanya sekolah kejuruan
ini, kerajinan meubul dan ukiran semaluas di masyarakat dan makin banyak pula
anak–anak yang masuk sekolah ini agar mendapatkan kecakapan di bidang meubel
dan meubel dan ukir. Di dalam sekolah ini agar diajarkan berbagai macam
desain motif ukir serta ragam hias Indonesia yang pada mulanya belum
diketahui oleh masyarakat Jepara . Tokoh-tokoh yang berjasa di dalam
pengembangan motif lewat lembaga pendidikan ini adalah Raden Ngabehi Projo
Sukemi yang mengembangkan motif majapahit dan Pajajaran serta Raden Ngabehi
Wignjopangukir mengembangkan motif Pajajaran dan Bali.
Semakin bertambahnya motif ukir
yang dikuasai oleh para pengrajin Jepara , meubel dan ukiran Jepara semakin
diminati. Para pedagang pun mulai memanfaatkan kesempatan ini, untuk mendapatkan
barang-barang baru guna memenuhi permintaan konsumen, baik yang berada di dalam
di luar negeri.
Kemampuan masyarakat Jepara di
bidang ukir kayu juga diwarnai dengan legenda . Dikisahkan, pada jaman dahulu
ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih yang tinggal di suatu
kerajaan. Ketenaran seniman ini didengar oleh sang raja yang kemudian memesan
gambar permaisuri. Singkat cerita, KiSungging berhasil menyelesaikan pesanan
dengan baik. Namun ketika ia akan menambahkan warna hitam pada rambut,
terpeciklah tinta hitam dibagian pangkal paha gambar sang permaisuri sehingga
nampak seperti tahi lalat. Gambar ini kemudian diserahkan kepada raja yang
sangat kagum terhadap hasil karya Ki Sungging.
Namun raja juga curiga karena ia
melihat ada tahi lalat dipangkal paha. Raja menduga Ki Sungging talah melihat
permaisuri telanjang. Oleh karena itu raja berniat menghukum Ki Sungging dengan
membuat patung di udara dengan naik layang-layang. Pada waktu yang telah
ditentukan ki Sungging naik layang-layang dengan membawa pelengkapan
pahat untuk membuat patung permaisuri.
Namun karena angina bertiup
sangat kencang, patung setengah jadi itu akhirnya terbawa angin dan jatuh di
pulau Bali. Benda ini akhirnya ditemukan oleh masyarakat Bali, sehingga
masyarakat setempat sekarang dikenal sebagai ahli membuat patung. Sedangkan
peralatan memahat jatuh di belakang gunung dan konon dari kawasan inilah ukir
Jepara mulai berkembang.
Terlepas dari cerita legenda
maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang dan bahkan
merupakan salah satu bagian dari “nafas kehidupan dan denyut nadi perekonomian
“ masyarakat Jepara.
Setelah mengalami perubahan dari
kerajinan tangan menjadi industri kerajinan, terutama bila dipandang dari segi
sosial ekonomi, ukiran kayu Jepara terus melaju pesat, sehingga Jepara
mendapatkan predikat sebagai kota ukir, setelah berhasil menguasai pasar
nasional. Namun karena perkembangan dinamika ekonomi, pasar nasional saja belum
merupakan jaminan, karena di luar itu pangsa pasar masih terbuka lebar.
Oleh karena itu diperlukan kiat khusus untuk dapat menerobos pasar
internasional.
Untuk melakukan ekspansi pasar
ini buka saja dilakukan melalui pameran-pameran, tetapi juga dilakukan
penataan-penataan di daerah. Langkah-langkah ini ditempuh dengan upaya
meningkatkan kualitas muebel ukir Jepara, menejemen produksi dan menejemen
pemasaran. Di samping itu dikembangkan “Semangat Jepara Incoporated “,
bersatunya pengusaha Jepara dalam memasuki pasar ekspor, yang menuntut
persiapan matang karena persaingan-persaingan yang begitu ketat .
Guna meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia misalnya, dilakukan melalui pendidikan Sekolah Menengah
Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan non
formal melalui kursus-kursus dan latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas
sumber daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk,
tatapi juga memacu kemampuan para pengrajin dan pengusaha Jepara dalam pembaca
peluang pasar dengan segala tentutannya.
Peningkatan kualitas produk dan
pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam memasuki pasar
internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan luar negri
terhadap produk industri Jepara. Karena itu pengendalian mutu dengan mengacu
pada sistim standard internasional merupakan hal yang tidak dapat di
tawar-tawar lagi. Usaha ini dilakukan melalui pembinaan terhadap produsen agar
mempertahankan mutu produknya dalam rangka menjamin mutu pelayanan.
Di samping itu, perluasan dan
intensifikasi pasar terus dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor serta
peluasan pasar internasional dengan penganeragaman produk yang mempunyai
potensi, serta peningkatan market intelligence untuk memperoleh transportasi
pasar luar negeri. Dengan demikian para pengusaha dapat dengan tepat dan cepat
mengantisipasi peluang serta tantangan yang ada dipasar internasional.
Sementara itu jaringan informasi terus dilakukan melalu pengevektivan fungsi
dan kegiatan Buyer Reception Desk yang ada di Jepara. Langkah-langkah
konseptual yang dilakukan secara terus menerus ini telah berbuah keberhasilan
yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat Jepara, berupa peningkatan
kesejateraannya. Dari data yang ada dapat dijadikan cermin keberhasilan sektor
meubel ukir dalam lima tahun terakhir.
Data diatas belum termasuk
potensi kayu olahan , souvenir dan peti mati yang dalam tiga tahun terakhir
telah berhasil dilealisir ekspornya. Untuk dapat melihat lebih jauh potensi
ukir kayu ini juga dapat dilihat berbagai macam penghargaan, yang bersekala
regional, nasional dan internasional, baik bagi para pengusaha, pengrajin
maupun bagi pimpinan daerah.
semoga bermanfaat...
tak tunggu komentarnya y... =D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar